@SutejaGali86074 Profile picture

Galih Suteja

@SutejaGali86074

Pantang menyerah, demi sang maha pemurah. Pantang merintih, demi sang maha asih.

Pada sebuah kalimat panjang ada jeda yang menyekat Pada sebuah malam yang sunyi ada senyap yang merayap Pada sebuah baris puisi ada spasi yang melekat Dan pada sebuah janji yang usang ada asing yang mengikat


Dinding rumahku terbuat dari batu. Walaupun melindungi dari hujan dan angin, Namun, di dalamnya masih dingin.


mungkin hari ini langit bisa mendung, tapi selalu bisa kau temui tempat bernaung. Mungkin hari ini kau masih dalam proses meneruskan perjuangan, menemukan belahan hatimu untuk menemanimu duduk di pelaminan.


Jangan pernah mengucapkan sesuatu yang menjanjikan, bila tidak ada sedikit pun niat untuk mewujudkan.


Waktu memang mampu memperbaiki hati yang hancur, tapi waktu juga bisa mengenyangkan perut disaat engkau lagi makan cucur.


Semakin erat pelukan, semakin berat melepaskan.


Ombak akan kembali menjadi laut setelah dihempas angin; aku akan kembali kepadamu setelah salah mengetuk hati yang lain.


تُعْطِى لِتُمْدَح وَ لَا تَمْدَحْ لِتُعْطَى Jangan memberi agar dipuji, dan jangan pula memuji agar diberi.


Rintik pun diam-diam menerbangkan doa, yang teramat pelan, sayup-sayup bersayap ke langit, yang paling ikhlas hatinya menerima hal yang tak dapat di terima sesama manusia.


لا تفتح باباً يُؤذيك، ولو كان الطارق شخصًا تُحبّه. Jangan buka pintu yang membuatmu sakit, meski yang mengetuk adalah orang yang kau cintai.


إنما الناس بحار. فلا تحكم على أعماقهم، وأنت لا تري إلا شواطئهم. Manusia adalah lautan. Jangan menilai kedalamannya, maka kamu tidak akan melihat apa-apa kecuali pantainya.


Mungkin perasaanmu itu masih terlalu ke selatan, hingga untuk mengutarakannya kamu masih kesulitan.


Aku adalah sekumpulan kekurangan yang dapat kuperbaiki, Aku adalah sekumpulan kegagalan yang harus kupelajari. Aku adalah sekumpulan harap yang berusaha kususuri, Aku juga adalah sekumpulan lalu yang masih kumaknai.


Kamu tahu saat ragu hal yang aku lakukan ialah memejamkan mata dan membayangkan senyum mu. Ajaibnya hanya seper sekian waktu raguku berkurang. Ternyata kamu bukan hanya sebagai penenang namun juga penerang saat ketidakmampuanku datang.


Bukan wewenang ku untuk meneguhkan hatimu, kamu punya kewajiban sendiri untuk mempertahankan pilihan mu.


Jika hujan saja turun dengan sebab, lantas bisakah kita berharap temu tanpa menyakiti rindu.


aku ingin bahasa yang lebih sunyi, melebihi puisi tanpa diksi. tapi masihkah ada, yang lebih sunyi dari diriku sendiri?


“Di dunia sastra puisi, orang-orang memahami bahwa sebuah kehilangan bisa ditemukan kembali dalam sela-sela kalimat yang ditulis.”


United States Trends
Loading...

Something went wrong.


Something went wrong.