@IfalaDinie Profile picture

Ifala Dinie

@IfalaDinie

Sesimpel manusia yang ingin bermanfaat untuk manusia lainnya.

Similar User
Salis Hilda Yoviyani photo

@salishildaay

Sebagai manusia pelupa, kita sering kali terlena. Beberapa hal yang kita miliki sering kali melemahkan empati. Kebahagian kita, kekayaan kita, dan kesuksan kita sering menjerumuskan kita menjadi sosok manusia nirempati terhadap sesama terkhusus kepada manusia di sekitar kita.


Semua yang menjadi bagian kita, telah jauh Allah tetapkan bahkan sebelum kita lahir di dunia. Berusahalah semaksimal yang dibisa, tidak terlalu dipaksa & memaksa, apa yang tertulis untuk kita tak akan pernah salah waktu tibanya. Kuatkan doa & berhusnudzon pada Yang Maha Kuasa.


Perasaan lega dan bahagia itu adalah hasil dari penerimaan kita atas setiap takdir yang Tuhan tetapkan. Proses untuk sampai lega mungkin memang tak mudah pun tak cepat. Namun yakinlah, Tuhan selalu membawa kita kesana, cepat ataupun lambat.


Putus asa adalah wujud ketidaksyukuran atas nikmat Tuhan yang tak berkesudahan & selalu berkelimpahan. Putus asa adalah penghianatan terhadap kuasa Tuhan yang telah membawa diri kita sampai pada titik takdir yang diimpikan banyak orang.


Meski belum tuntas, bukan berarti tak pantas. Setiap kita punya jalur proses yang tak sama, meski sedang berada di laju pacu searah. Berproseslah, walau haya sedikit, berprogreslah. Kita tidak tahu, bahwa Tuhan sedang mengajarkan sebuah hikmah.


Tiap-tiap kita akan bertanggungjawab atas keputusan memilih kelok bahagia maupun airmata. Tidak peduli sekuat apa rasa sakit datang menghampiri. Tidak pandang seberapa banyak tawa mendekap jiwa. Keputusan untuk tegap dalam senyuman atau kesedihan adalah pilihan.


Salah satu rezeki yang patut disyukuri adalah lahirnya kesadaran, "Kenapa salatku terlalu cepat dan mengajiku jalan di tempat?" Meskipun berat, tapi kesadaran itu menunjukkan betapa besarnya kasih sayang dan rahmat Tuhan yang tak pernah telat.


Tuhan tidak pernah pergi. Kita saja yang sering sombong & bangga diri, lalu seolah Tuhan tak pernah hadir membersamai. Kita disibukan banyak hal duniawi, tanpa ada ruang bagi Tuhan yang memberi semua kesempatan bernapas sampai detik ini. Begitulah kita yang lupa diri.


Aku mungkin bisa menemani siapapun dalam badai & porak porandanya perjalanan hidup mereka. Namun, tidak semua orang bisa menemani aku makan sambil nangis ditahan. Sebab, memang tidak semua mampu tegak mendampingi kehancuran kita.


Indah tidak selalu tentang tawa & rasa bahagia. Istimewa tidak selalu tentang luar biasa. Hebat tidak selalu tentang kemenangan & juara. Sukses tidak selalu tentang bisa apa saja. Setiap dada memiliki lapang yang berbeda, setiap hati memiliki standar menilai tak sama.


Dunia itu sebentar, tapi kalau boleh minta dilahirkan kembali, ingin dilahirkan jadi manusia yang lapang hatinya, ridho pada ketetapan-Nya, dan jadi hamba yang mencintai-Nya tanpa tapi. Ku juga ingin meminta pada Tuhan, diberi pikiran yang luas atas semua tugas seorang hamba.


Sesekali memang harus kuteguk getir dan pahit. Supaya aku tak hanya biasa pada yang manis, agar siap menelan semua rasa meski sulit. Tidak kutolak marah, sedih, dan kecewa. Supaya aku sadar, manusia tidak hanya punya emosi bahagia dan suka cita.


Perjalanan selalu memberi banyak pelajaran. Begitulah kehidupan penuh dengan pengajaran. Kesadaran "tak memiliki" meski atas diri sendiri adalah titik tauhid yang menyadarkan. Menyadarkan diri yang sering merasa berhak menentukan arah kehidupan.


Tidakkah kita sering merasa kehilangan padahal kita tak memilikinya? Bukankah kita sering merasa sedih dan kecewa karena ekspektasi saja? Percaya tidak percaya, sadar atau tidak kita datang ke dunia tidak bawa apapun. Kita juga tak punya hak mengatur semuanya.


Tiap-tiap hari aku berlari. Terus mencari hingga larut hari. Duduk dalam ritual penggugur dosa, dan rangkaian permintaan yang memaksa. Aku keluar dengan necis label takwa, tetapi seluruh relungku berulang-ulang hampa. Lalu, benarkah aku mencintai-Nya?


Segera atau ditunda, kitalah yang punya kendali untuk protes atau puas. Bila memang belum waktunya, pilihannya adalah melepas. Bukan karena kita berhenti berharap, tapi ini bagian dari belajar ikhlas.


Cara paling indah dalam berpesan tidak pernah hadir dari kita manusia yang dosa tak pernah alpa setiap harinya. Suara paling lembut hanya hadir dari penghuni hati yang selalu mengetahui segalanya. Dia, Tuhan, yang membelai tanpa rupa.


Lari mengejar waktu, melupa beberapa bagian kelu, menembus jalan-jalan pilu, entah ke mana kaki sebenarnya menuju. Ke dalam tubuh yang layu dan akan berakhir kaku, atau pada ayat-ayat-Mu yang syahdu.


Ini hanya segelas teh poci dibubuhi sepotong gula batu, yang diseduh dengan kehangatan air di atas perapian, dan didiamkan supaya netral, hingga akhirnya disatukan dengan dinginnya Bandung malam ini dan beberapa potong es batu.

Tweet Image 1

Hari ini bisa jadi hari terakhir kita bernapas. Berbuat baik & kerjakan yang terbaik. Doa yang baik, usahakan dengan baik. Cukup pikirkan kita punya akhirat. Niatkan semua karena ibadah. Tidak usah jauh memikirkan masa depan, yang terpenting adalah hari ini & akhir hidup kita.


United States Trends
Loading...

Something went wrong.


Something went wrong.